Kehidupan memang gelap Jika tanpa keinginan

Dan semua keinginan adalah buta jika tanpa pengetahuan

Dan semua pengetahuan adalah kosong tanpa adanya usaha

Dan semua usaha adalah hampa tanpa disertai dengan doa

Rabu, 24 Agustus 2011

MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 MALANG
TAHUN AJARAN 2010/2011




SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Kanjuruhan Malang
Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika





Oleh :
JUWITA SARI
070401060082





UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI MATEMATIKA
2011
 
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Belajar pada hakikatnya bersifat individual, dalam arti bahwa proses perubahan dalam tingkah laku atau hasil belajar sangat dipengarui oleh berbagai faktor individu, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Demikian pula faktor dalam diri siswa antara lain faktor bakat dan kemampuan jelas ada perbedaan satu sama lain.Hal tersebut  mendorong timbulnya pemikiran baru untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran tidak hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa siswa aktif dan kreatif belajar untuk mencapai perubahan tingkah laku. Pemikiran ini mengarah pada perlunya penerapan model pembelajaran yang memberikan kesempatan luas kepada para siswa untuk berlatih dan belajar mandiri serta melibatkan partisipasi siswa secara optimal dalam proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya sering dijumpai guru yang gagal membawa siswanya belajar, yang mungkin dikarenakan penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat.Memilih model pembelajaran yang tepat harus disesuaikan dengan realitas yang ada dan situasi kelas yang ada, serta proses kerjasama antara guru dan siswa. Misalkan saja ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah, maka siswa menggunakan bermacam-macam ketrampilan dan prosedur pemecahan masalah.Menurut Sujarwo (dalam Suryosubroto, 2009:188) permasalahan yang berkaitan dengan model pembelajaran  dapat disebabkan oleh berbagai komponen. Komponen–komponen pembelajaran tersebut adalah kemampuan pendidik dalam pengajaran (pendidik), pihak yang diberi materi pembelajaran (peserta didik), bahan yang diajarkan (bahan ajar), proses pembelajaran (strategi, metode, teknik mengajar), sarana dan prasarana belajar, serta sistem evaluasi yang diterapkan. Masing–masing komponen tersebut saling mempengaruhi dalam upaya pencapaian tujuan belajar. Para guru (pendidik) sebaiknya lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator belajar baik secara individual maupun secara kelompok.Sehubungan dengan pemikiran baru tersebut maka dimunculkan gagasan untuk menerapkan model pembelajaran  creative problem solving (pemecahan masalah secara kreatif).
            Model pembelajaran creative problem solvingadalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan (Pepkin, 2004:1). Model pembelajaran creative problem solving juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah (problem solving) melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi siswa dalam mempelajari matematika, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. Pada creative problem solving (pemecahan masalah secara kreatif) siswa dibekali teknik untuk menyelesaikan masalah. Selain itu creative problem solving (pemecahan masalah secara kreatif)  merupakan kompetensi strategis yang ditujukan untuk siswa dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan, serta menyelesaikan rencana (model) untuk pemecahan masalah.
            Manfaat creative problem solving (pemecahan masalah secara kreatif) adalah membuat siswa lebih berhati–hati dalam mengenali tahap–tahap yang sesuai dengan proses pemecahan masalah, menyediakan kerangka kerja yang tersusun rapi untuk menyelesaikan pemecahan masalah yang kompleks dan panjang, menghilangkan rasa takut siswa terhadap pelajaran matematika, dan memotivasi siswa untuk menemukan konsep dengan pemecahan masalah.Permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan dalam soal–soal yang berbentuk cerita. Soal–soal cerita dalam pelajaran matematika merupakan kegiatan pemecahan masalah. Untuk dapat menyelesaikan soal–soal cerita dengan benar membutuhkan proses berpikir kreatif dengan memahami dan menganalisa soal terlebih dahulu dan siswa harus menguasai konsep–konsep matematika yang menjadi prasyarat. Dengan menguasai konsep–konsep matematika, siswa akan mampu memahami maksud yang terkandung dalam soal–soal cerita tersebut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMPNegeri 12 Malang diketahui bahwa kebanyakan para guru masih mengajar dengan menggunakan metode konvensional yaitu guru membacakan atau membawakan bahan yang sudah dipersiapkan sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan sebagaimana yang  dicontohkan oleh guru. Sehingga kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center). Sedangkan siswa hanya pasifdan cenderung berbicara dengan temannya daripada mengikuti pelajaran yang diajarkan di kelas. Halinilah yang menyebabkan prestasi siswa kurang dari standar kelulusan yang telah ditentukan sekolah. Peneliti mencoba bertanya kepada guru matematika SMP Negeri 12 Malang. Dari hasil wawancara diperoleh informasi sebagai berikut:
1.        Siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika terbukti dengan hasil belajar siswa yang menurun.
2.        Siswa belum bisa memanfaatkan kemampuannya secara optimal.
3.        Keterlibatan siswa selama proses pembelajaran kurang, siswa masih pasif terbukti pada saat kegiatan belajar mengajar siswa tidak bertanya dan jika siswa disuruh mengerjakan cenderung malas.
4.        Kedisiplinan siswa kurang terbukti dengan siswa tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.
5.        Siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika sangat sulit dan mereka cenderung putus asa untuk mengerjakan soal matematika.
Guru tersebut juga menjelaskan bahwa hasil belajar matematika siswa masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan, nilai matematika siswa hanya mencapai 60% dengan ketuntasan belajar yang kurang dari 65%. Secara rinci ada 16 siswa belum mencapai ketuntasan belajar 65% dan 25 siswa telah mencapai ketuntasan belajar 65% atau lebih. Ini berarti kegiatan belajar mengajar di kelas memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.Oleh karena itu guru hendaknya dapat memilih dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi atau bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa. Agar hasil belajar siswa meningkat maka diperlukan cara–cara tertentu. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan mengubah pembelajaran konvensional dengan mengembangkan model pembelajarancreative problem solving. Model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa diberi kesempatan untukmemikirkan dan mengajukan masalah, mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis, mendorong siswa belajar aktif serta mengemukakan alternatif pemecah masalah yang beragam (divergen).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh SaudaraArif Nurfiyanto, yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul” Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Menggunakan Lembar Kerja untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Bangun Ruang Sisi Datar di Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari”. Dari hasil  penelitian yang dilakukan, penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran creative problem solving ini dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Nogosari, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai tes hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMPNegeri 12 MalangTahun Ajaran 2010/2011”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana penerapan model pembelajaran creative problem solving yang dapat meningkatkan hasil belajar matematikasiswa kelas VII di SMP Negeri 12 Malang?
2.      Bagaimana respon siswa kelas VII di SMP Negeri 12 Malang terhadap pembelajaran dengan  menerapkan model pembelajaran creative problem solving?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mendeskripsikan  penerapan  model pembelajaran creative problem solvingyang dapat meningkatkan hasil belajar matematikasiswa kelas VII di SMP Negeri 12 Malang.
2.      Untuk mendeskripsikan respon siswa kelas VII di SMP Negeri 12 Malang terhadap pembelajaran dengan menerapan model pembelajaran creative problem solving.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah:
1.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang upaya meningkatkan hasil belajar Matematika siswa melalui model pembelajaran creative problem solving. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada strategi pembelajaran di sekolah serta mampu mengoptimalkan kemampuan siswa dan sebagai dasar penelitian berikutnya yang sejenis.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi guru
1)   Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan
2)   Menambahkan variasi model pembelajaran matematika pada tahap berikutnya dengan menerapkan pembelajaran creative problem solving.
b.      Bagi siswa
1)   Dapat membantu siswa dalam pemahaman materi yang disampaikan oleh guru dan meningkatkan prestasi belajar matematika.
2)   Menumbuhkan minat belajar siswa.


c.       Bagi Peneliti
1)   Dapat memberikan pengalaman tentang pembelajaran dengan model pembelajaran creative problem solving sebagai langkah awal mempersiapkan diri menjadi seorang pengajar yang profesional.
2)   Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

E.     Asumsi Penelitian
Dalam penelitian ini asumsinya adalah sebagai berikut:
1.      Siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran creative problem solving.
2.      Siswa berada dalam kondisi yang sehat saat pelaksanaan proses pembelajaran.
3.      Siswa mengerjakan soal ujian dengan penuh kejujuran.
4.      Hasil tes yaitu menunjukkan tingkat prestasi belajar siswa.

F.     Batasan Masalah
Untuk mempertegas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Subyek penelitian  ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 12 Malang tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 41 siswa.
2.      Materi dalam penelitian ini adalah himpunan.
3.      Objek penelitian ini terbatas pada pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran creative problem solving.


G.    Definisi Operasional
1.      Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
2.      Model pembelajaran creative problem solving adalahsuatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya.
3.      Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajaryang ditunjukkan dengan skor hasil tes.




ABSTRAK

Sari, Juwita. 2011. “Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Malang”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kanjuruhan Malang. Pembimbing I: Drs. I Ketut Suastika, M.Si. Pembimbing II: Drs. Sumadji, M.Pd.

Kata-kata kunci: Model Pembelajaran Creative Problem Solving, Hasil Belajar Matematika.

Proses pembelajaran tidak hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi juga dapat menciptakan dan  membawa siswa aktif dan kreatif dalam belajar. Pembelajaran di sekolah masih banyak yang berpusat pada guru. Hal tersebut juga terjadi pada pembelajaran matematika di SMP Negeri 12 Malang. Guru masih memegang peran utama dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa cenderung pasif sehingga berdampak pada hasil belajar matematika yang masih minim dan perlu ditingkatkan lagi. Sehubungan dengan pemikiran baru tersebut maka dimunculkan gagasan untuk menerapkan model pembelajaran  creative problem solving (pemecahan masalah secara kreatif).
Model pembelajaran creative problem solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir tetapi keterampilan memecahkan masalah dapat memperluas proses berpikir. Proses berpikir merupakan suatu pengalaman memproses persoalan yang dihadapi. Untuk memecahkan persoalan yang dihadapi sebagai upaya mencapai kemajuan memerlukan kemampuan kreatif.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan  penerapan  model pembelajaran creative problem solving yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Negeri 12 Malang, (2) untuk mendeskripsikan respon siswa kelas VII di SMP Negeri 12 Malang terhadap pembelajaran dengan menerapan model pembelajaran creative problem solving.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 12 Malang semester genap tahun ajaran 2010/2011. Jumlah siswanya adalah 41 siswa yang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 23 orang siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung, tes, angket, dan cacatan lapangan. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan cara persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran creative problem solving terbukti dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 12 Malang dan respon siswa terhadap pembelajaran creative problem solving sangat baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa yaitu lebih dari 70% dari jumlah siswa mendapatkan skor ≥ 65. Dan dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I yaitu dari 75,60% menjadi 85,36% pada siklus II dan hasil angket siswa yang menunjukkan siswa sangat senang dengan pembelajaran creative problem solving. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran creative problem solving dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 12 Malang.

1 komentar: